Ketika nila dan Jingga berbaur, biasnya mungkin keliru, dispersinya mungkin terlena.
Namun tidak dengan periginya.
Ketika nila bertanya pada Jingga, apakah nuansa itu bermuara.
Jingga menjawab Iya.
Nila yang kerap gamang kan pudar dan rentannya.
Berharap sampai, hingga sampai itu tiada.
Jingga yang dinantikan mengaba, nila kan bersua melalui rindunya.
Sepenggal Catatan:
Binar itu fana, namun Jinggaku selamanya.
Jinggaku, kilaunya tak menyilapkan, teduhnya tak memuramkan.
Bila tinta menorehkan sabda cinta, Jinggaku lah pujangganya.
🌅
- Avianti Nastiti -
(pict: GNFI)